Posted in

Orasi Ilmiah Prof. Dr. Aswan: Perjalanan Panjang Sang Penjelajah Waktu dalam Perspektif Sejarah Bumi – Institut Teknologi Bandung

Perjalanan Panjang Sang Penjelajah Waktu: Orasi Ilmiah Prof. Aswan tentang Sejarah Bumi

Bandung, ITB.ac.id – Sabtu, 22 Juli 2023, menjadi saksi bisu terselenggaranya Orasi Ilmiah Guru Besar oleh Prof. Dr. Aswan, S.T., M.T., Guru Besar Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) Institut Teknologi Bandung (ITB). Dengan tema “Perjalanan Panjang Sang Penjelajah Waktu dalam Perspektif Sejarah Bumi,” Prof. Aswan, dosen Teknik Geologi ITB yang ahli di bidang Paleontologi dan Geologi, mengajak hadirin untuk menyelami sejarah pembentukan dan evolusi planet kita yang luar biasa. Orasi ilmiah ini, yang diperbarui pada 1 September 2023, menawarkan wawasan mendalam tentang perjalanan panjang Bumi, dari masa pembentukannya hingga kehidupan yang melimpah di zaman modern.

Prof. Aswan, yang telah menghasilkan lebih dari 50 publikasi ilmiah berupa buku, jurnal, dan prosiding baik nasional maupun internasional, bukanlah sosok asing di dunia akademik. Prestasi gemilang beliau bahkan telah membawanya meraih penghargaan bergengsi, termasuk Dosen Berprestasi ITB bidang Penelitian FITB pada tahun 2016. Kepakarannya dalam bidang geologi sejarah menjadikannya sosok yang tepat untuk mengupas misteri evolusi planet Bumi.

Mengungkap Misteri Pembentukan Bumi

Orasi ilmiah Prof. Aswan diawali dengan gambaran dramatis tentang pembentukan Bumi sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu. Bayangkan sebuah bola api raksasa, lautan magma pijar dengan suhu permukaan setara dengan suhu matahari saat ini! Kala itu, Bumi masih terus-menerus dihujani oleh benda-benda langit. Peristiwa kosmik inilah yang diyakini membawa elemen penting bagi kehidupan, termasuk air, ke planet kita.

Proses pendinginan bertahap dimulai sekitar 4 miliar tahun lalu. Uap air yang dihasilkan dari pendinginan magma kemudian mengembun, membentuk awan yang memicu petir dan hujan pertama di Bumi. Hasilnya? Sebuah “water world”—hampir seluruh permukaan Bumi tertutup oleh lautan yang luas.

Munculnya Kehidupan Pertama

Perjalanan menuju kehidupan bermula sekitar 2 miliar tahun yang lalu, dengan munculnya daratan-daratan luas yang membentuk benua. Terbentuknya laut dangkal di tepi benua memungkinkan sinar matahari mencapai dasar laut, menciptakan kondisi ideal bagi perkembangan bakteri alga yang melakukan fotosintesis. Sisa metabolisme bakteri alga purba ini kemudian membentuk stromatolit, yang melepaskan oksigen ke atmosfer—suatu langkah revolusioner yang membentuk dasar kehidupan seperti yang kita kenal sekarang.

Dinamika Benua dan Peristiwa Kepunahan Massal

Pergerakan benua yang dinamis terus membentuk wajah Bumi. Sekitar 1 miliar tahun yang lalu, semua benua bersatu di kutub selatan membentuk superbenua Rodinia. Fenomena ini mengakibatkan arus hangat dari ekuator terhalang, menyebabkan pendinginan global dan pembentukan lapisan es setebal 1,6 kilometer sekitar 700 juta tahun lalu. Suhu Bumi anjlok hingga -40°C, memicu bencana iklim terburuk dan peristiwa kepunahan massal pertama, yang memusnahkan sebagian besar makhluk hidup bersel tunggal.

Pergerakan benua yang kembali terpisah memicu pemanasan global akibat efek rumah kaca, namun suhu Bumi akhirnya terkendali sekitar 630 juta tahun yang lalu. Makhluk hidup yang bertahan berevolusi, melahirkan beragam spesies seperti Trilobita, Moluska (termasuk ubur-ubur), Euripterid (kalajengking laut), Cephalaspis, Ortochone (cumi-cumi raksasa), dan Dunkleosteus, menandai awal era Paleozoikum (540-250 juta tahun lalu).

Penyatuan benua kembali terjadi, membentuk superbenua Pangea. Hal ini menyebabkan pengeringan sebagian wilayah laut, mendorong makhluk hidup bermigrasi ke darat dan memicu evolusi amfibi sekitar 400 juta tahun lalu. Zaman Karbon (345-280 juta tahun lalu) ditandai oleh perkembangan tumbuhan tingkat tinggi dan makhluk hidup raksasa, akibat kadar oksigen yang tinggi yang menyebabkan curah hujan tinggi dan kesuburan tanah.

Namun, peristiwa bencana kembali melanda Bumi. Peristiwa mantel plume di Siberia sekitar 250 juta tahun lalu, yang melepaskan magma dalam jumlah besar dan menghancurkan permukaan bumi, menandai berakhirnya Paleozoikum dan awal Mesozoikum (250-65 juta tahun lalu), menyebabkan kepunahan massal kedua dan menyisakan dinosaurus dan amonit (moluska raksasa).

Puncak drama evolusi terjadi dengan hantaman asteroid raksasa—seukuran Gunung Everest—yang menghujani Bumi sekitar 65 juta tahun lalu, mengakhiri era Mesozoikum dan memusnahkan dinosaurus dan amonit. Mamalia, sebagai kelompok yang berhasil bertahan, kemudian mendominasi Bumi dan memasuki Zaman Tersier (65 juta tahun lalu – sekarang).

“Banyak ahli berpendapat, peristiwa hantaman asteroid besar ke Bumi hanya terjadi sekitar 350 juta tahun sekali. Jadi, masa dinosaurus memang bisa dibilang sangat sial,” ujar Prof. Aswan.

Moluska: Sang Penjelajah Waktu

Prof. Aswan menyoroti Moluska sebagai contoh luar biasa “penjelajah waktu.” Kemampuan Moluska bertahan hidup selama ratusan juta tahun dan melewati beberapa peristiwa kepunahan massal menjadi bukti nyata evolusi kehidupan di Bumi. Lebih lanjut, kemampuan Moluska ini menjadikannya subjek penelitian yang sangat berharga. Prof. Aswan sendiri telah melakukan berbagai penelitian terkait Moluska, termasuk Paleogeografi Moluska, studi perubahan muka laut dan iklim purba, studi endapan tsunami (Paleotsunami), dan studi Moluska air tawar serta asosiasinya dengan Vertebrata.

Pesan untuk Masa Depan

Studi geologi sejarah, menurut Prof. Aswan, tidak hanya sekadar mengungkap masa lalu Bumi, tetapi juga memberikan pelajaran berharga untuk masa kini. Memahami peristiwa-peristiwa geologi masa lalu memungkinkan kita untuk lebih bijak dalam menghadapi tantangan lingkungan saat ini, seperti perubahan iklim dan bencana alam. Orasi ilmiah ini menjadi pengingat akan pentingnya memahami sejarah Bumi agar kita dapat lebih bertanggung jawab dalam menjaga kelestarian planet kita untuk generasi mendatang.

Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi ITB 2019)

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi Prof. Dr. Aswan, S.T., M.T.

Kontak ITB:

  • Kampus Ganesha: humas@itb.ac.id – Jl. Ganesa No. 10 Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat Indonesia 40132
  • Kampus Jatinangor: humas_jatinangor@itb.ac.id – Jl. Let. Jen. Purn. Dr. (HC) Mashudi No. 1 Jatinangor, Kab. Sumedang, Jawa Barat Indonesia 45363
  • Kampus Cirebon: kampuscirebon@itb.ac.id – Desa Kebonturi, Arjawinangun, Blok.04 RT. 003/RW. 004, Kab. Cirebon, Jawa Barat Indonesia 45162
  • Kampus Jakarta: kampusjakarta@itb.ac.id – Gedung Graha Irama (Indorama) Lt. 10 & 12 Jl. H. R. Rasuna Said Kav. 1 Setiabudi Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta Indonesia 12950

sejarah bumi, geologi sejarah, paleontologi, orasi ilmiah, Prof. Aswan, ITB, evolusi bumi, kepunahan massal, dinosaurus, moluska, superbenua, Pangea, Rodinia, perubahan iklim, bencana alam, mantel plume, asteroid, geologi, ilmu kebumian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *